Translate

Kamis, Mei 21, 2009

BEZUK


:ruang ICU
pengunjung hanya boleh masuk satu
sandal dilepas
dan beberapa lembar peringatan di tembok yang dingin

pemacu jantung di dadamu bergaris hijau
seperti pupus harapan bersembul dari pangkal harapan
kasur beroda laci obat
dan lemari pendingin yang berat

membekukan percakapan yang terbungkus dalam plastik
nafasmu gunung penat dan laut lusuh

di meja tergelatak sepotong pisau berkilau
buah-buah yang cemberut
matamu yang surut

sungai di wajahmu yang mampat
menenggelamkan lumpur dan batu-batu pekat
bibir-bibir doa mengepung
di antara semak risau

ada doa
permintaan maaf
dan pandangan yang melambai lunglai
merindu rumah yang ditingggal

KAMIS

Dengan secangkir teh manis
Malam larut dalam percakapan
Daun-dauan yang sakit dan berguguran
Di antara keluhan tak nyaman cuaca hujan
Gorengan dalam tas membungkus tubuh kita
Yang dingin dan berair
Sebatang rokok kau nyalakan
Bau keringat pepohonan basah melunuri resah
Ada tawa dari sela-sela kegelapan
Bayang-bayang bulan di antara awan
Rasa sayang yang beratangan
Saat kau terkapar di ranjang

Di jeruk kamar yang melepuh
Di piring dingin yang membeku
Kau membanting pintu
Jumat yang menganga kembali surut dalam kamar

Rambut pagi yang basah
Suara paraumu mendesah
Di kolong yang bergumul dengan dinihari
Saat matahari meledakkan biji-nijinya

Selasa, Mei 19, 2009

1000 HARI

; mengenang kematian rahmat mulyana

1000 hari kepergian air mata
Mengundangmu kembali di beranda
Membacakan barzanji
Dan kitab suci

Tahlil di ruag tamu
Membuka semua pintu
Di luar langit biru
Derap kaki tak bersepatu

Daun-daun menari
Garis hujan terakhir mengguyur mataku
Tak dapat melupakanmu

Doa-doa berdatangan
Di usia yang beranjak pergi
Doa-doa beterbangan
Di waktu yang menancapkan janji

1000 hari kepergian airmata
Menyusulmu kembali di beranda
Berbagi sisa riwayat dan hikayat

Dan tak sempat kucatat
Kesabaran dan tulusmu
Mematung di ruang tunggu

Minggu, Mei 17, 2009

PAGI BERNYANYI

Dari sebuah radio usang
Penyanyi itu melagukan pagi
Mengecup kening matahari
Merah tanah merah pipi

Barangkali ini pertama gairah pecah
Dari dingin yang berbuncah
Gemetar kamar melenguh
Di antara nafas kabut

Ada senyum di bibir pintu
Tempat kita menyilangkan rindu
Meumbuhkan bunga-bunga kemuning
Bermekaran di kening