Translate

Senin, Oktober 24, 2011

DURIAN MERAH

Inilah jantungku kedalaman rimba dalam diri. Hutan-hutan diam dan sunyi mengerami matahari. Darahku menyala dalam daging menerangi jalan trenggiling. Dukadan suka yang kuperam dalam tabah musim pun rebah dan rekah. Mematangkan bebijian hati yang sembunyi dan sepi. Duri-duri tahun mengerubung kau sangka, aku sombong. Betapa cuaca mengajarku ramah menerima sangkamu entah. Bunuhlah aku dalam kilau pisau hasratmu. Sebab, aku telah tuntasi sedekah tanah dan kenduri matahari. Di merah dagingku, selalu kutunggu kisahmu, kekasihmu mengelupasi kulit rindu.

TRETES

TRETES
Tebingtebing miring di antara dingin yang berduri
Pohonan melambai di sepanjang malam, jerit angin di antara lenguhan musik dangdut
Dalam merah cahaya unggun. Gunung-gunung berasap menebarkan cuaca pucat gemetar bintang-bintang meraih hutan hitam jagakan singa yang tertidur di jantung sepi. Bulan merah menjamah belukar di antara dengung kumbang menyerbuki putik bangkai. Bukit petang mengandung kutuk matahari di kelokan sungai-sungai menuju pilu. Tepat dipoucuk pagi batu-batu menggigil getarkan kelamin memuntahkan air mata

OTE-OTE

Inilah rajangan tubuhku renyah kobis dalam lumuran terigu yang dikulak dari pasar baru. Ada pedih merintih dalam cacahan kulit dan daging, adukan tangan cekatan. Mengaduk nasib dari ladang-ladang di lereng gunung dan hamparan gandum di padang jauh. Getah darahku yang bening menggantikan airmataku yang tak lagi mampu menadahi nyeri. Hanya tinggal kepasarahan yang paling dalam membaluti kulit telanjangku di atas panggangan bara api. Dalam kubangan didihan minyak sawit yang sengit. Tubuhku hangus di antara gelembung minyak yang meletup. Meletupkan gairahku untuk memasuki tubuhmu. Kemudian lenyap dan kau lupakan dalam lelap.

Kamis, Oktober 13, 2011

GORENGAN

Pada tubuhku yang berminyak
melebur segala sayurmayur,rempah,dan tepung gandum
Riwayat pasar yang terbakar dan ladang yang tergusur
aku ingat kembali riwayat nasib yang beredar dari musim tanam
ke musim tebang

Senin, Oktober 03, 2011

BLACK FOREST

Ladang gandum yang terbakar menerbangkan ribuan serangga di langit yang kelabu
Gugusan asap menebar aroma yang hangus berbaur letukan kembang coklat yang meleeh di kebun belakang. Panas yang membara, tanah hitam dengan luka karbondioksida. Dalam udara ruangan yang memanas di atas seratus derajat celsius. Tanah-tanah merekah siap menelan apa saja dengan aroma wangi senja.
Sepotong garpu dan sebilah pisau di genggaman siap menyayat kulit tubuh yang melepuh di meja yang angkuh. Di atas taplak bersulam bunga tropika segelas teh hangat dituangkan dan bilah pisau menyayat hamparan tubuh yang coklat kehitaman. Aroma vanila dan kacang merah meruap menusuk ingatan yang lama tenggelam di masa silam. Membuka kenangan satu poer satu, perjumpaan denganmu. Membuka kembali tanah-tanah jauh dari lereng kebun coklat yang rindang menatapi ladang gandum yang berebahan dibelai angin selatan. Di ruang tamu semua hadir kembali melompati jendela ke arah bukit itu, tempat kau dan aku pernah menyarangkan madu.