Translate

Sabtu, Juni 01, 2013

BATANG ASAM




Inilah perjalanan waktu, tanah-tanah pertanian
jalanan melebar ke tepian mataku.
Tubuh buruk dengan sisik beretakan
bertabur sekujur badan. Penyakitan?
Bukan sayang, inilah ketam waktu merajah
baik dan buruk di antara musim hiruk. 

Daging yang kasar, telah aku sematkan rasa lapar
dan nista di antara angin barat menisikkan jejarumnya
di antara batas sakit dan harga diri. Serat-serat yang siap
mengakhiri kisah di atas tungku bahagia yang tersalib.

Maka, aku ceritakan kembali tentang biji hitam
yang terselip dalam sela kunyahan
yang luput dari tafsir kematian.
Biji yang menunaikan janji hidup
kepada seluruh makhluk.

Serabut akar memeluk butiran-butiran kerikil naas
hingga kuat manahan badai dan hujan malam yang deras.
Akar kurus menyusu sela-sela butiran tanah
mencari air dan seresah.

Akar menggeliat terpental batu ganjal yang nakal.
Aku kirim mata air dan bebutir makanan ke dedaun
yang merimbun di atasan.

Bunga-buga bermekaran
menebarkan dingin angin malam
mempererat sedekapmu  pada kekasih.

Bunga-bunga merah di antara hehijau tunas
yang terus tumbuh di musim unduh. Lalu,
mereka berayun menirukan suara angin
berlayangan ke atas batu meremukkan badan.

Di dalam sakit bijiku kembali bangkit
menyusuri sela bebatu gunung, mengeja hidup
tumbuh dari belahan kepingan kecut waktu 
dan manis harapan di pasir takdir.
2013

DONGENG ANAK



Susunan geligimu membuka masuk ke dalam jantungmu.
Rumah mungil yang benderang  dengan sepuluh pintu
terbuka ke angkasa. Dari kelopak matamu warna-warni
melengkung di depan gerbang. Cinta mulai tumbuh,
aku tuliskan riwayat rumput mencengkeram tanah latar
 bertahan dari lapar dan cakar; mawar selalu mekar
ketika senja membuka pintu malam.

Serambi terbuka, tetamu datang dan pergi.
Aku tuliskan alamat singgahmu. Tempat kau
membuka-buka kitab hayat, tanah-air, udara,
dan api. Tarian kayu dan besi di masa kecil
yang melengkung ke bintang berpendaran.

Serangga bergigi besar itu menggambar di atas
daun, sungai, bukit, dan lembah membentangkan
arah ke setapak yang bercabang arah hutan.
Bila malam, serangga dan kelelawar beterbangan
dihantar kunang-kunang kuning dan kecoklatan
melukis gelap dengan cahaya paling cerah

Dari bintik matamu yang tak pernah menyerah,
memecah sunyi dan membagi sepi dalam
potongan-potongan kecil buah yang
aku amini.

Ekor bulan yang tajam menusuk lambung sunyi,
rerambut tengkuk pagi memanggil matahari,
matahatimu paling kiri.
2013

UPACARA



Batu-batu bernama dan bunga-bunga
menyiram warna, matamu. Dua bongkahan menyala
 membasuh ruang dan rindu. Batang-batang meliuk
 menari di atas kebun tubuhmu yang bongsor.
Memanggil pulau-pulau jauh dan hati sauh.

Menara putih dan biru
suara-suara yang menjalar dari liang tubuhmu yang beku.
Suara pasar dan malam berpendaran menjadi lambung kota.
Anak-anak berdendang  tanah lapang
suara gemerisik yang terus menembus jauh
ke dalam bilik tubuhku. Bilik yang berpenerang
lima kaleng cat bersumbu.

Kau membaca kitab pulang  yang lama
tersimpan di rak dada di antara sendok-garpu
dan piring yang selalu berdenting.
Dering suara, dan gemerincing matamu
di depan pintu pusat belanja. Di antara bungkusan
plastik dan aroma penyejuk ruang. Buah peer,
limau, manggis, semangka, pisang raja,
dan aneka pakaian dalam.

Di atas dinding yang mengarah ke telingamu
suara rumah, kamar, mandi, toilet, dapur, ranjang, kursi, pembersih badan, pengharum perempuan, dan sebuah mesin gesek uang plastik berdering.

Ada gambar kepala dan burung terpampang
di atas pintu, gambar yang mengingatkan kepada
lukisan kaca yang dibuat kakek.
Dari jauh lambaian tangan para pendahulu
di sesobek kain berdarah itu. Di kepalanya
dentang hiphop, dangdut koplo, dan
house music menarik ingatan
keluar dari laci waktu.

2013

KEMBANG ASAM



Aku bertanam melunasi janji pada matahari, menari mengikuti arah angin. Masih kuingat  janji yang pernah kita ikrar di antara tongkol jagung yang tengah terbit di ketiak pagi. Saat pohon asam memekarkan kembang bersama guguran angin yang gigil memasuki beranda.

470 bebatang kian tinggi cecabangnya mengarah ke berbagai mata waktu. Batang yang menyimpan gairah di tepian jurang yang mengubur ribuan kisah. Bunganya jingga seperti riang semu wajahmu memanggil kekumbang menari dari arah pancaran matahari. Tarian dari sebuah rumah yang membuat kita betah menunggui sampai subuh berganti.

Kawat-kawat bersilangan di atas awang mengirimkan alamat dan percakapan yang terekam dari ruang tidur. Kita bikin janji di sebuah kafe kampung dengan menu ikan bakar dan ayam bumbu. Sepiring gumpalan cahaya berkilauan dan onggokan kakap karang yang terbakar  bumbu malam bergilap, melelehkan bulan di atas piring bergambar mawar.
2013