Translate

Kamis, April 24, 2008

MADURA CHANNEL DI TENGAH KOMPETISI BISNIS INFOTAINMENT

Oleh: Hidayat Raharja

Pertumbuhan dunia televisi sebagai media informasi dan sekaligus sebagai dunia hiburan merupakan salah satu media yang cukup marak di tanah air. Ada sekitar dua belas satsiun televisi yang berskala nasional di tanah air. Sebuah dunia hiburan yang bersifat informatif. Kedua belas stasiun televisi yang ada semakin marak dengan hadirnya ebebrapa televisi lokal dan komunitas dengan jangkuan siaran yang terbatas. Semua berupaya mencari karakter danberebut pemirsa yang ujung-ujungnya jika mendapatkan pemirsa yang banyak, akan banyak pula pemasukan iklan yang akan menunjang kepada keberlangsungan srtasiun televise bersangkutan.
Setiap televisi memantapkan diri sebagai stasiun yang berspesifikasi khusus untuk menjangkau segmen pemirsa secara spesifik atau secara heterogen. Tidak ada yang menduga bahwa stasiun televise yang berbasis kepada pemberitaan akan diminati pengiklan dan penonton. Tidak ada yang percaya stasiun yang berspefikasi kepada siaran budaya tradisi akan memilki penonton dan pengiklan. Tidak ada yang percaya bahwa stasiun televisi yang berbasis kepada pendidikan akan memiliki penonton dan pengiklan pula. Bahkan beberapa stasiun televisi melakukan merger untuk memantapkan eksistensinya dan meringankan beban biaya produksi untuk tteap bisa meraih keuntungan di antara kompetisi bisnis pertelevisian yang kian ketat.
Televisi lokal sebagai ruang alternatif untuk mencari informasi merupakan kenyataan yang tengah haduir di hadapan masyarakat Indonesia. Riau TV, Jogja TV - Jogakarta, TV Borobudur – Semarang, Tarakan TV di Tarakan Kalimantan, Bali TV – Bali, Jakarta TV – Jakarta, Jatim TV (JTV) – Surabaya. Merupakan stasiun-stasiun lokal yang mencoba menawarkan lokalitas di antara stasiun televise yang berkomptesisi di pasar nasional dengan tayangan yang hampir senada, dan saling menjiplak di antara tayangan yang banyak disukai penonton. Stasiun televisi lokal yang hadir mencoba menawarkan lokalitas mereka yang tak tercover oleh televisi nasional. Jogja TV mmeiliki siaran bahasa jawa bertajuk Pawartos Ngayogyakarta dengan penyiar berpakaian lengakap adat Yogya. Juga dengan slogan Asli Jogja. Bali Tv dengan tayangan yang khas di antara mengupas tentang kesejarahan Pura, wisata di pulau Bali, juga tentang aktivitas perempuan bali di berbagai sektor kehidupan . Terang Abadi TV – Solo menggunakan bahasa jawa untuk tayangan berita bertajuk Trans Sadyakala.
Namun bahasa daerah tidak selamanya digunakan dalam pemberitaaan televisdi lokal, seperti tarakan TV mempergunakan bahasa Indonesia dalam pemberitaan. Hal ini dilakukan kota tarakan dengan kompisisi penduduk yang heterogen banyak yang tidak paham bahasa Tidung (bahasa suku asli Kalimantan Timur). Akan tetapi setiap stasiun televisi memiliki unggulan program untuk manrik minat pemirsa sehingga bisa menjadi kebanggan atau paling tidak dapat memgobati terhadap kerinduan lokalitas pemirsa. Mereka bisa mendengar pemberitaan sekitar kota tempat mereka tinggal.
Semacam inikah yang ingin ditawarkan oleh Madura Channel yang mencoba mermabah bisnis pertelevisian dan menjadi satu-satunya bisnis pertelevisisan di Maduira? Satu-satunya karena Madura Chanel salah satu stasiun televisi lokal yang mengantongi ijin untuk melaksanakan aktivitasnya secara legal. Juga salah satu stasiun televisi di Madura yang memiliki jangjuan wilayah Sumenep sampai Pamekasan. Sementara TV komunitas yang ada di Sumenep meiliki jangkuaan terbatas sekitar kota, yaitu TV Syis ( TV Syiar Islam) dan S3TV dari skretariat DPRD Sumenep.
Mengudaranya stasiun Madura Channel pada chanel 44 UHF di awal september ini merupakan sebuah kesungguhan dari Said Abdullah Institute untuk membangun jaringan televisi untuk memberikan siaran alternatif di antara stasiun televisi yang telah mengudara secara nasional. Keungguhan ini diawali dengan pemilihan tenaga operasional yang diseleski untuk bisa membawa stasiun Madura Chanel benar-benar menjadi satu-satunya TV bagi orang Madura. Keinginan untuk manjadikan satu-satunya televisi di Madura tentu tidak cukup hanya dengan kekuatan modal dan tersedianya sarana dan prasarana serta tenaga programer dan operasional yang juga memadai, progresif dan kreatif.
Momen Launching Madura Chanel di bulan puasa ini cukup meanrik dengan melakukan lomba nasyid islami yang disiarkan secara on air, serta lomba musik tongtong yang juga disiarkan malam hari. Secara on air dapat disambut sebagai langkah awal Madura Chanel untuk membangun karakteristik ke – Madura – anya. Juga adanya keterlibatan beberapa sekolah (SMAN 1 Sumenep, SMAN 2 Sumenep. Dan SMA Muhammadiyah 1 Sumenep) walau pun barangkali kerjasamanya belum dalam bentuk konkret. Namuin tayangan sinema pelajar tersebut telah memberikan ruang publik bagi siswa SMA di Sumenep untuk mempublikasikan karya. Artinya tayangan tersebut perlu ditindaklanjuti secara konkret untuk melibatkan sekolah sebagai bentuk manifestasi keterlibatan Madura Chanel terhadap pertumbuhan dan perkembangan kreatif di kalangan pelajar.
Kerjasama dengan lembaga persekolahan ini cukup menarik, karena di sisi lain Madura Chanel dapat menyeleksi hasil karya para siswa sebagai hasil kegiatan prakltik mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diselenggarakan di sewtiap sekolah menengah yang menarah kepada praktik pembutan film.Bahkan di SMAN 1 Sumenep, secara khusus ada kegiatan ekstrakurikuler yang menangani kreatifitas siswa dalam bidang senematografi. Potensi di kalangan pelajar ini patut dipertimbangkan Madura Chanel dalam artia konkret untuk juga terlibat dalam penanganan dan pengembangan kreatiifitas yang sesuai dengan karakteristik Madura Chanel.
Penaganan karakteristik ini menjadi penting, ketika produk sinema yang dihasilkan pelajar terjebak kepada tontonan yang banyak diprovokasi oleh media televisi komersial,; cinta, mistik, dan horor yang memuakkan. Apa yang terjadi pada karya pelajar yang ditayangkan di madura Chanel secara tematiok mereka sangat terpengaruh oleh tayangan televisi yang telkah menjajah kehidupan remaja kita. Saat mereka berbicara percintaan amat datardan vulgar, namun tidak pernah mereka mengangkat tema-tema humanis yang bersngakut paut dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka bikin filmn tidak berangkat dari realitas persoalan kehidupannya. Jika dibiarkan semacam ini maka, akan hilang identisas lokal Madura Chanel yang konon berbasis pada tanah budaya Madura.
Presenter merupakan salah satu bagian dari suatu acara yang memikat pemirsa untuk bertahan di depan tayangans ebuah stasiun televisi. Namun apa yang terjadi dengan Madura Chanel. Presenter yang ada belum menampkan identitas personalnya dan kadang terasa kontras dengan acara yang dibawakan, sehingga menjadi sesuatu yang menggelikan. Bagaimana sebuah tayangan acara tidak menjadi sebuah tontotnan yang menggelikan saaat presenter dengan bahasa gaul mewawancarai salah seorang peserta lomba nasyid islami yang mempergunakan bahasa Indonesia dengan dialek ke-Madura-annya yang kental. Sebuah kepatutan yang lepas dari pertimbangan auditif yang kemudian terdengar lucu di pendengaran.
Namun semua tidak dapat memungkiri dengan hadirnya Madura Chanel akan mebawa hal baru dalam dunia pertelevisian di tanah Madura. Optimisme ini dapat dibangun dengan hadirnya Jatim TV dengan karakteristik tayangannya sehingga bisa membujuk pemirsa di kawasan tapal kuda Jawa Timur untuk menjadi pemirsanya. Karakteristik dengan bahasa dialek Suropboyo-an, Bahasa Jawa Kulonan, dan juga dengan Pojok Madura yang mempergunakan bahasa Madura yang “unik”, karena bukan bahasa standar yang umum dipergunakan masyarakat Madura.
Jika demikian banyak peluang yang bisa digarap oleh Madura Channel, untuk membangun karakteristik yang dikehendaki Madura Channel untuk bisa eksis ditengah persaingan bisnis pertelevisian. Tentunya karakteristik yang mengidentifikasikan ke - Madura – annya. Hal ini bukan hal yang gampang karena berhubungan dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia yang mampu membaca secara kreatif dan bertindak secara progresif. Tanpa adanya ketegasan karakteristik, maka bukan tidak mungkin bahwa Madura Channel hanyalah sebuah stasiun yang membuang-buang dana tanpa pernah jelas apa yang menjadi target dan tujuan kehadirannya. Membangun proyek ideal memang tidak mungkin, karena pertelevisian berkaitan dengan permodalan. Tetapi memiliki kemampuan modal dalam pertelevisian tanpa memiliki idealisme untuk mencerdaskan masyarakatnya hanya akan mengisi ruang hampa tanpa pernah jelas yang telah dicapainya.
Tentu para penanam modal yang ada di dalamnya menginginkan bisnis televisi yang menguntungkan dan diuhadapanya telah hadir rakssasa pertelevisian yang diantara melakukan merger untuk membangun kekuatan bisnis yang bisa menguntunghkan dan tidak tertutup kemungkinan saling menjatuhkan. Kami hanya menunggu kiat dan silat para pembuat kebijakan kreator di Madura Chanel. Selamat datang di rimba pertelevisian, semoga bisa memberikan alternatif informasi dan hiburan ditengah kebuntuan tayangan hiburan televisi yang seragam dan kehilangan akal sehatnya.

Tidak ada komentar: