Translate

Selasa, April 22, 2008

PESISIR

; bersama mardiluhung

Inilah yang paling pesisir dari kau
saat gerak tangan,mata dan mulutmu
mengalahkan hujan yang merajam siang itu

sawah-sawah mulai tergenang
bau air menyengat siang
tapi hujan di dadamu kian deras merajamkan kenakalan dan

ketegangan kelamin tak tersalur
adakalanya ketegangan di balik kepalamu
butuh kau benturkan ke balik mesum yang tersembunyi

lupakan sejenak kau
berhujan-hujanlah dengan lelehan air membentuk molek
perempuan sesekali merayap kayalmu atau mendekap dan merangkul igaumu

air kian deras menghujani tubuhmu membasahi kisahmu
kelopak matamu mulai berduri menatap istri yoga
bukan mawar, tapi bunga jantan

sulur-sulurnya membelit rawa
akar-akarnya menembus belukar; poligami!
diam-diam dan sembunyi

kau intip tubuhnya di belakang kesetiaan istri
yang menanam doa di antara tekanan tekanan
yang kadang menyesakkan

kau buka dadanya dan kau remas segumpal daging
kau santap sesaji penutup makan siang
kau buka tengkoraknya dan kau baca kenangan mesum

yang terperangkap di otak besar
kau berkelana pada tiap ruas persendian
ke pangkal kelamin kau intip saluran-saluran

penyedot dan pembuangan, pemanas dan pendingin
pembuka dan penutup
saluran tempat kau masuk dan kau keluar

meminum dan diminum. Tempat kau diintip dan ditelan
:”kau dengar ratapan bulu-bulu memanggilmu
di atas tengkuk dan nafasmu!”

jalan-jalan yang kuning
di antara rumah-rumah tak bertanda
dan jalan-jalan tak bernama, setapak

setapak dan makadam, aspalan. Jalan-jalan ke ujung
liku-liku ke gunung
gunung-gunung mulai meninggi bumimu

kawah-kawah mulai memanas dalam dirimu
gresik jejakmu, di atas kerumunan udara tuba dan langit abu
pantai-pantai hitam dan para kelasi

yang nakal singgah pula di hotelmu
dengan jendela kata begitu luasnya
di kamar perempuan menunggu

dengan gaun hijau belahan dada terbuka setinggi paha
meringkuk di dipan yang remang. Kau atur pertemuan
mereka, di remang bulan aroma pindang dan cakalang yang mendidih

kucing belang menyantap hingga tulang
kau mengintip hingga erang
gumam pelabuhan

bintang-bintang muram di kejauhan
barisan cahaya dari tiang-tiang kapal terengah-engah
menahan beban perjalanan

sejengkal lagi ke pantai
perempuan-perempuan berjaga menunggu para kelasi
yang tengah menambatkan sauh

gemetar ombak pecah membasahi tangga
dan satu dua tiga bahkan lebih lagi menepi
dan perempuan-perempuan bergelak memegang kepala jangkar

ditenggelamkannya ke ceruk yang becek, aroma kembang dan alkohol
antara hirukpikuk dan sunyi
sapa membaca alunan kitab suci

di meja 33 botol tuak dan 99 gelas kristal berkilauan
disambar lampu kamar
2006

Tidak ada komentar: