Translate

Minggu, Juli 05, 2015

Rumah Bagi Kau


oleh: Hidayat Raharja
Ia rumah bagi kau, tapi bukan aku.

Sebab aku ada di antara riak memukul pantai.

Malam adalah jebakan saat lampu-lampu berpantulan di atas permukaan.

Aku menari girang tak berasa memasuki perangkap yang merayap


Purnama adalah waktu yang ditunggu.
Menunggu ibu bulan tersenyum bersama pasang laut.
Ah, kau menarik-narik jaring
tubuh-tubuhku yang tergiring

Begitu beda kau dan aku.
Kau senang aku terjala.
Aku sedih kau gembira.

Jangan pernah kau sebut berhasil.
Sebab kau licik-menipu aku dengan cahaya.
Sinar yang aku sangka binar bahagia.

Cahaya jatuh di antara gelap tertidur di ujung ombak.
Sisik-sisik laut  berpantulan memanggil beribu-ribu nasib.
Nasib baik dan kutuk beriak-riak di antara buih-buih amis.
Memercik tubuh dingin menahan angin.

Angin biru atau angin merah, singgah di selaput kulitmu yang coklat.
Di lipatan-lipatan waktu yang mengkerut di sudut .
Bagan itu mengibarkan bendera; kemenangan .
Namun jauh di balik tutup kepala, aku telan gelembung garam
tersekat di antara rigi-rigi insang yang perih.

Aku ikan seperti ya’, meliuk-liuk di antara deras arus.
Aku jadi ‘ain menghadang ombak masuk dalam mulut.
Mulut yang kilau hijaiyah malam.
Gelap menyulut cahaya, meliuk-liuk di antara
redup dan kantuk yang mengangguk.
            Aku namakan kau  Talang.

Talang siring,  katamu.
Tikungan tajam berbatas bibir pantai yang aus. Di antara urukan tanah gunung
memunggung tanah baru. Bakau-bakau terisak tersedak debu dan batu
Berjatuhan dari mata nanarmu.
Ah cintaku,
sepi setangkai sentigi di atas batu.
Sedih merah di antara sore rebah.
         Di antara isak anak gadis,
         ditinggal pacar dengan lain kekasih yang manis.

Aku kerang yang menyimpan isak lirih pasir waktu,
timbul dan tenggelam kebalik cangkang.
Bersiasat dengan muslihat jahat yag berjatuhan dari lubang matamu.

                                                                                    Sumenep, 2015

Tidak ada komentar: