Bukan hutan tapi waduk
Membuat pikiran dan hati teraduk
Kegelisahan campur aduk
Meminta korban mati penduduk
Tak banyak yang mengenalmu
Selain kisah kera raden segara
Tanah tegal terbentang
Di antara sungai batu terlentang
Musim terik
Nasib yang mencekik
Tak banyak beri harapan
Selain rantau tanah tujuan
Banyuates
Bukan air menetes
Nama kecamatan
Tempat Nipah dipetakan
Dusun larlar , dusun talang
Dua dusun yang tiba-tiba mengerang
Tak ada yang mengenal
Tersamar di duri kanal
Di pagi yang menyengat
September 93, duapuluh lima tanggalnya
Orang-orang ketanah lapang
Beramai-ramai dengan suara lantang
Menolak pengukuiran tanah
Karena tak pernah diajak musyawarah
(rencana waduk seluas 170 hektar
Mengairi tegal 1.150 hektar
Biyanya sebesar 14 milyar)
Pagi meninggi di atas ketinggian bukit duri
Orang-orang tak takut mati
Nipah kobarkan api
Sampang mengisi berita pagi
Mutirah & Muhammad
Nindin dan Simoki
Empat orang tewas
Diterjang panas peluru petugas
Nama-nama yang tak pernah
Tercatat dalam kumal sejarah
Korban kuasa serakah
Sungai-sungai berdarah
Ulama resah
:” No comment, no comment, no comment !”
Suara kiai Alawy
Di depan kantor pulisi
Membakar layar televisi
Huru-hara kian bara
Di koran dan media massa
Merobek-robek pagi
Menikam sunyi
Langit desa berasap
Jalanan senyap
Berhari-hari berapi
Mengisi berita nagari
:”Nyo’on odhi’
Nyo’on odhi’
Nyo’on odhi’ , Pak! “
Suara-suara yang sesap
Ke liang lahat
Doa dan tangis
Menggali kubur
Tanam mayat keadilan
Di meja hijau
Orang-orang pantang menyerah
Renangi rencana
Waduk Nipah
dalam dada pasrah
Hujan air mata kian deras
Memecahi batu ketakutan yang keras
Suara baling-baling kleghidupan
Kian kencang berkerjapan
Putaran persoalan kian samar
Ditelan zaman yang memar
2009
Selasa, Oktober 06, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar