Translate

Senin, Juli 27, 2009

DI TEPI JALAN

berangkatlah, ujarmu
di pagi yang menggeliat
aku hanya berdiri di tepi matamu yang berbinar
cahayanya membongkar kembali buku-buku yang telah rapi kusimpan

aku ingin meneruskan jalan ini
namun aku tak sanggup untuk meninggalkan rumah mungil yang kudirikan
dengan keringat
lihatlah anak-anak itu semangat membaca setiap abjat
lihatlah anak-anak itu semangat menuliskan hikayat

di tepi jalan ini
aku saksikan anak-anak itu menuliskan matahari
menggambar bulan
dan memahat gunung, sungai dan lautan
berbuncah-buncah di mata waktu

Jumat, Juli 10, 2009

HITAM KOPI

Sehitam rambutmu sisakan aroma di gelas dini
tumpahan malam berserak di meja pergumulan

Semanis lidahmu larutkan gula rindu
tercecap sudah pening puting cinta candu

Hangat jemari kerongkongan pagi
memungut ampas nafas tersengal

akhiri percintaan sungai dan lelaki pengail

Rabu, Juli 08, 2009

DUA PEREMPUAN

Apa yang didengar dari dua perempuan
Tak lain adalah bisik
mengusik suaminya yang tak baik

Apa yang dibicarakan dua perempuan
Tak lain adalah bisik
menggunjing tetangga yang tak baik

Apa yang dibicarakan dua perempuan
tak lain adalah bisik
mengutarakan lelaki simpanan dalam bilik

Apa yang dibicarakan dua perempuan
Tak lain adalah bisik
Ngrasani perempuan lain dengan sirik

Apa yang dibicarakan dua perempuan
Tak lain adalah bisik
Gerutui suami yang tak pulang-pulang

Dari istri paling muda

TATO WAJAH

Dari mata televisi orang-orang menyobek mulutnya
bertumpahan di ruang tamu
logo swalayan di dahi warna ungu

Dengan denah di coklat paha mengarah tebing meninggi
Hutan-hutan gelap dan sunyi
Mengerami telur nasib dan hari kelabu

Anak-anak berlompatan dari jendela
memegang bungkus makanan instan
Pelarian yang sangat menakjubkan

Mereka membaca nasib dari
para mentalis yang beraksi dalam studio tv
Merancang masa depan dengan lagu-lagu cinta yang seragam

Tarian jalanan melingkar di ujung terminal
Bus-bus mabuk sempoyongan
Mengantarkan para penumpang ke pusat belanja
Dalam keranjang yang terbuat dari sobekan senja

Di depan sekolahan spanduk raksasa menawarkan rasa baru
Ruang-ruang kelas yang gagu
Aku ingat ibu yang tulus mengajariku
Dari kedalaman hati yang biru

:Lalu kutuliskan gincu di pintu sekolah itu
Tato wajahku
Namun hati telah dipahat pulau beribu

Sabtu, Juli 04, 2009

30 JAM DI ATAS BUS

; catatan perjalanan buat syaifuddin syarif
(1)
Sumenep menuju Jakarta
30 jam di atas kendara
Punggung gerah, mata pedih
Badan penat dihajar lelah

Di atas jembatan suramadu
Bis melaju di bawah langit biru
Jembatan yang menyulam madura dan surabaya
Tak ada gelombang jalan terentang
Dari labang sampai daerah kenjeran

Surabaya yang padat penuh bising pertokoan dan kendaraan
Membongkar kembali kubur kenangan di peti yang tenggelam
Riuh pelabuhan membayang
Hanya amis laut terkenang

(2)

Shalat jumat di gresik
Dua rakaat tanpa bisik
Rasa lapar terus mengusik
Tak membuang rasa khusuk

(3)
Sepanjang pesisir tuban
Rumah-rumah mungil bertebaran
perempuan-perempuan melambai
Memanggil masa silam
Di antara gerobak truk dan laki petualang

Disini dahulu para pejantan pernah berlabuh
Menambatkan jangkar
Di dermaga perempuan

(4)
Malam mendingin di luar udara polusi
Truk-truk besar dan bus malam saling membunyikan tuter
Jalan sesak dan tak mau terlambat
Aku terhenti di kilometer yang panjang
Seperti antrian menuju penghisaban

(5)
Selamat siang jakarta
Udara panas dan awan abu-abu
Kemacetan dimana-mana
Mobil motor melata bagai reptil berdebu

(6)
Botani Square
Aku kini datang mengunjungimu
Menanti bus pengganti yang mengalami rusak mesin
Ah... bangunan yang mengingatkan pohon besar di tengah hutan
Ditunggu jin dan wewe gombel
mengintai mereka yang kurang waspada

Barangpbarang konsumtif aneka rupa
Dipajang di etalase dan ruang kaca
Siap menerkam siapa saja
Yang tak sanggup menahan dahaga belanja

(7)
Di lembah tajur
Aku menyaksikan anak-anak bermain gokart
Dengan kecepatan 40 km perjam
Di kejauhan sana anak-anak meluncur di seutas tali
Berteriak memompa nyali

Lembah-lembah palem
Di antara keteduhan matahari yang tenggelam lebat dedaun
malam dan hujan merimbun
; di tempat terpencil dan sejauh ini
Aku hanya ingat kesendirian ditikam sepi

(8)
Hutan gringsing
selalu kuingat perempuan-perempuan muda
Penjual kelapa muda di tanjakan berliku
Menyibak pohon lelaki sepanjang jalanan
Menumbuhkan desah dan gerutu

(9)
Palakaran,
Sawah-sawah membasah
Dihujani panggilan subuh
Memulangkan masa kanak
Yang telah beranakpinak