Translate

Selasa, Desember 23, 2008

AKU TAK MAU SEKOLAH

Apa yang paling kau benci
: geometri
Apa yang paling kau suka
: aljabar dan aritmetika

(2 X seminggu paling murah 25 ribu rupiah)

Apa yang paling kau ingini
:bahasa Indonesia jadi bahasa nagari
Apa yang paling kau hindari
: bertemu guru pelit
(saat mengajar menyulitkan yang gampang
dan merumitkan yang sulit)

Apa yang paling kau takuti
: perempuan di tempat sepi dan pelajaran reproduksi biologi
(keduanya bisa bikin aku ereksi)

2008

HARDY MEREKAM PAK GURU YANG TENGAH MENAMPAR PIPI PAGI HARI

:2
Apakah kau terlambat lagi ikut bimbingan belajar, Hardy? Itulah soalnya, teman-temanmu hanya ingin lulus ujian tetapi tak pernah diimbangi usaha optimal. Jangan cari joki, Hardy nanti ketahuan polisi, dan Pak guru dikepung pasukan anti teror densus 88. Jangan, Hardy kasihan Pak guru nanti diinterogasi seperti teroriris yang akan meledakkan negeri ini. Mereka digiring ke gedung pemeriksaan, disorot kamera televisi sambil mengangkat tangan di atas kepala. Pakaian batik berlambang PGRI dan safari abu-abu tak sepadan dengan seragam polisi antiteror yang keren kaya aktor film detektif dalam televisi. Pak guru bukan jagoan, tetapi pintar menumbuhkan keyakinan yang dipenuhi api doa, membakar setiap lapis menyelimuti keinginanmu. Jika masih belum kau dengar dekatlah ke dada malam akan kau dengar detak jantung doa berdenyut ke pembuluh-pembuluh malam ke kapiler-kapiler petang sampai dini berdentang.

PELAYARAN BEAGLE

Kita sudah sampai pada pelayaran Beagle yang membawa tuan Darwin ke pulau Galapagos. Kura-kura purba dengan tubuh besarnya berjalan perlahan sesekali menyembunyikan kepala yang berparuh tebal. Burung-buruung finch berterbangan dari reranting pohon sambil bersiul memanggil siul angin di saat biji-biji mulai menguning. Ah tuan Darwin kau memang pandai berkhayal seperti penyair yang mencaricari kais kata dari apa yang dimakan dan apa yang dipijak. Namun tuan, anak-anakku sudah tidak mau lagi mengikutimu. Karena pemakan biji tak jadi pemakan serangga. Pemakan buah tak jadi pemakan madu.Maaf tuan, di janggut yang kelabu pikiran-pikiranmu berdebu, tua, dan tak pernah bisa diduga di jaman yang serba terbuka.

HARDY MEREKAM PAK GURU YANG TENGAH MENAMPAR PIPI PAGI HARI

: 1

Hardy kenapa kau rekam pak guru saat menampar wajah teman-temanmu? Kau merasa kasihan pada kawanmu, namun kau tak pernah berpikir betapa sakit pak guru saat dipermainkan teman-temanmu. Pak guru bukan orang gila, Hardy. Juga bukan malaikat bersayap yang bisa menerbangkan setiap kesalahan ke langit tujuh.
Pak guru tak menyakitimu tetapi menampar kesalahan yang selalu lengket di tubuhmu. Maafkan pak guru, hanya ingin menanam kebajikan di tanah-tanah yang kehilangan rasa bijaksana. Pak guru hanya ingin menyemai kesopanan di lahan hidup yang sudah berantakan. Pak guru hanya menanam sebatang pohon kecil yang mudah disapu angin atau diinjak binatang liar. Kelak pohon itu akan menjadi peneduh jalanan yang kian panas dan keringat akarnya akan merembesi tanah-tanah kering tanah luas dalam pikiranmu dan ke pelimbahan dadamu

TIGA PARAGRAF UNTUK PENCONTEK

Pencontek itu ditangkap polisi, aku gembira seperti mendapatkan kembang gula keadilan yang selama ini tak pernah aku rasakan. Aku bersorak dan mengajak anak-anakku melihat pencontek yang wajahnya pucat di meja interogasi aparat polisi.
Aku ceritakan kepada anak-anakku; “lihatlah pecundang itu tak perlu kau kasihani”. Dua gelar tersemat di dadanya, tetapi tempurung kepalanya kosong berisi buaian , buih, dan bualan; bisa sukses dengan cara yang tak beres. Ia telah bertahun-tahun membohongi gurunya berbuat tidak jujur membuat catatan tersembunyi saat ikut ujian di sekolahnya. Sayang memang, ketika sial menimpanya saat masa depan dipertaruhkan untuk memperbaiki nasibnya.

:”Ia hanya korban”, sela anakku yang duduk di belakang.
:Bukan anakku. Ia bukan korban, tetapi sebuah akibat.Jadikan cerminan buat kamu berkaca. Semaikan jujur dalam hatimu karena, kelak ketika tumbuh rindang akan menganginkan kesejukan, menaungi setiap kelelahan. Dan dari akar-akar pohon hidupnya, air akan menyumber menyirami lahan-lahan tandus menjadi sumur-sumur lepaskan dahaga di sekelilingmu

EVOLUTION (2)

:luthfi

Alam semesta;
rangkaian antara penciptaan dan evolusi. Karena penciptaan hanya sekali.

Aku merasakan kalau tuhan punya ketetapan merangkai kehidupan dengan tangan piawai
:mengadakan yang tiada dan meniadakan yang ada

2008

EVOLUTION

:1
Aku bertemu tuan Darwin di simpang jalan missing link di bawah rerubuhan pohon evolusi. Ia tengah bercengkerama dengan Karl Marx membuka buku tebalnya: Das Kapital. Disodorkannya The Origin of Spesies by Natural Selection Keduanya menganggukkan kepala sambil memberi rasa hormat menghabiskan sebotol red wine hingga senja merontokkan daun-daun usia.

Di kejauhan waktu, tuan Harun memainkan kasidah memetik dawai cinta hingga berguguran daun-daun pohon evolusi. Fosil-fosil bangkit menyanyikan dusta waktu dan hymne DNA melagukan mars dalam keteraturan dan ketepatan irama yang menghentak. Darwin sempoyongan merangkul tubuh marx yang dingin ketakutan. Mereka berlari ke kejauhan seraya menutup telinga
;Tuhan, tuhan, tuhan ...

2008

PUISI BUAT MALAM

(1)

Secantik gelap mengusap kelam langit yang tenggelam di wajahmu. Aku masih ingat saat bintang jatuh di keningmu saat-saat suara parau malam menjadi burung hantu. Aku dapat merasakan sunyi menggedor-gedor pintu di matamu. Angin merambat dingin dari gelombang hujan menggumpalkan air matamu di jam-jam rindu. Benih-benih padi, petak tanah gelap. Bangunan-bangunan sesal dan rindu berjejal di lahan-lahan hati yang kian mengeras. Pohon hanya tinggal batang berayun menunggu waktu usai di atas tanah tua.

Nyanyi kodok di seberang jalan memukul selaput telingamu, membisikkan lelaki yang tak bisa memejamkan mata. Saat -saat malam mengirim nama dan alamat dari dasar kolam dadamu. Nyanyi dingin bukan puisi, juga bukan pedih lentik kuku yang melengkung. Sebagai rindu yang berbelok ke dalam matamu. Disitu perempuan-perempuan menembang dengan iringan orkestra pohon nangka dan sebait pematang ditumbuhi tiang-tiang listrik, juga dangau dan kibaran bendera plastik dan suara kaleng menakut-nakuti burung pemakan biji.

Serombongan burung menabrak mataku, malam berbayang oleh bising burung-burung kecil yang bermigrasi di antara rimbun kabel dedaun malam yang pekat. Ah dingin mengalir dari pori dan halaman sunyi sesekali dilewati suara sandal dan sepatu. Sepotong puisi gemetar di kamar belakang, merekam suara televisi yang kedinginan dipeluk bintang sinetron yang tengah membual.

(2)

Sisa gerimis masih melekat di teras rumah. Sepi basah oleh biskmu. Ruang tamu dipenuhi khotbah televisi. Ada nyanyian mengalun dari langit-langit rumah. Tikus terjebak di antara rasa lapar dan rakus. Suara air gemericik dari kamar mandi, bau tubuhmu mulai memudar. Melunturkan warna mata memandangmu. Semuanya harus berubah seperti seusai mandi, berdandan dan memakai parfum namun akan ditelan pula oleh gerak waktu merajamkan detak dan detik hingga mekar bunga berguguran di pori wajahmu.

Dingin menipu pada tubuh yang basah. Udara congkak, menikamkan pisaunya hingga ngilu di tulang. Ah luka puisi, duka tubuh malam ditinggal sendirian. Aku tuliskan puisi cinta buatmu, laila. Tetapi kau telah tidur dikeloni malam yang berduri. Hanya dengkurmu membangunkan babi jantan yang meringkik di kandang gelap. Musim kawin kucing-kucing di atas genting, lengking suaranya memanggil pejantan yang lama kehilangan gairah. Subuh rebah di bawah geliat sepasang kekasih; bulan tenggelam dan matahari mengintai, membasahi rambut pagi setelah malam bergumul lumpur gelap yang pekat. Di dahan aroma lendir semerbak berguliran dari sudut daun meridang senyummu.

Minggu, Desember 21, 2008

PEREMPUAN MERAH

tikungan dan tebing terjal terpahat keras di wajahmu
sungai berterjunan dari kedalaman matamu
barisan burung memutih di rambutmu membawa penatribuan pulau

mengeram di benua rindu
udara yang kelabu menyeret mendung bergelantung di dahimu
rajah para lelaki dan igauan hutan-hutan kecemasan yang habis terpangkas

menunaskan hijauan kecewa
ranting-ranting percakapan tersangkut di gelap

para pemburu mengendap dari detak sepatumu
mengokang senapan yang mengarah dadamu
dada gunung dan laut
dewa tanah
dewa air

jalan setapak di tubuhmu
pedanghujanmerajam memecah batu-batu

menyibak rindu bukan padamu

; ibu
2008