Tuan kuda laut, hati kembang dan ciut
Rabu, Maret 28, 2012
TUAN KUDA LAUT
Tuan kuda laut, hati kembang dan ciut
UBI KAYU
Batangan tubuhmu ditancap di hamparan tanah kajal tumbuhkan rindu. Hujan jarang bertemu dan angin sering membawa gering. Mengembangkan ketabahan yang bermekaran di pucuk musim kemarau. Batang-batang kasar menyimpan getah kecewa menjadi hijau dedaunan yang setia menadah butiran matahari. Butiran yang membakar dan mengenyangkan akar. Akar yang menggembung menyimpan butiran pati dan hidup menunggu musim surut.
Kembang-kembang bergoyang disapa angin selatan, badai dan hujan sering meregang. Petir pahit hidup sudah aku sembunyikan dalam biru sianida. Biru bayangan tubuhmu yang merunduk di malam-malam berbatuk. Tak ada biji, hanya umbi. Gumpalan nasib yang aku peram selama musim tak karuan. Menyelamatkan sanak dan kerabat kampung, menyerut serat kasar kehidupan dalam butiran-butiran sabar sepanjang tegalan jaman.
Rabu, Maret 14, 2012
SEMUR
Potongan daging yang terkapar dengan warna coklat kehitaman. Daging pilihan yang telah dipanggil untuk memenuhi santap malam. Menemani perbincangan di ruang makan sambil merencanakan ekspansi ke negara jajahan dan para gundik moi indie yang menjadi simpanan. Meneer, tak cukup potongan tubuh ini, maka ditambahkan pula dongeng perempuan dengan sekeping senyum di dada belahan. Bumbu pedas percintaan di ranjang-ranjang petang telah mengukir kelam di dinding sejarah kami yang buram.
Sebelum kelam para pelaut dari utara telah datang, dan kemudian beranak-pinak dalam perkawinan politik dan kultural, mewarnai kulit bangsa dan mata peradaban. Lembar sayatan yang dilumuri kecap pilihan dari lidah para petualang yang tak pernah pulang. Melengkapi sajian dimeja malambersama para Petualang yang berkumis panjang dengan kuncir di belakang. kuncir yang menumbuhkan kota pesisir.
Sepiring nasi pilihan. Nasi yang memantulkan butiran-butiran cahaya menerangi makan malam. Di meja lingkar peradaban kita berjumpa dari berbagai bangsa dalam sekerat daging yang tak pernah kita tahu nasib para peternak yang sabar dan selalu dikalahkan pemilik modal. Rumput-rumput pilihan tumbuh di pematang yang terpotong ketika usianya belum matang. Pengorbanan paling dalam sebelum hidup dilunaskan. Keratan daging, sayatan serat-serat kata, sapi peliharaan, dan rerempahan menghangatkan pembicaraan tuan, perempuan dan kekuasaaan.
PETANI SRIKAYA
Senin, Maret 05, 2012
SARI JAMBU BATU
Semerah darah tubuhmu luluh dalam gelas penggiling
Lelehan selalu meneteskan pedih buat kekasih
Daging yang lepuh melapukkan segala keluh
Yang tercekat di kerongkongan.
Segelas kasih disediakan ibu saat adik terbujur gering
Di pembaringan
Merah hatii. Warna senyum ibu menyuguhkanmu di atas meja
Di ruang tamu menyambut sanak keluarga yang tiba dari luar kota
Tubuhmu basahi siang yang gerah dan mengusap haus kerongkongan
Sepanjang perjalanan
Kisah kebun-kebun di pedalaman yang kehilangan
Sebuah peristirahatan di antara belukar merah. Sungai dan danau buatan
Mengepung segala ingatan
Ingatan tentang ibu yang tak sempat aku balas budi. Namun di merah tubuhmu
ditimpa lampu senantiasa mengingatkan senyum ibu
Yang tak pernah menipu
2012