Sekujur matamu, bayangan gunung gersang
Saat musim mulai mendaki hujan
Perempuan-perempuan gunung tak pernah murung. Sabit di tangan selalu menyabitkan Tanya pada rerumput sunyi yang tumbuh di sela bebatu
Perempuan perkasa ditinggal lelaki mengembara
Membawa berpikul airmata di pundak waktu. Sekeranjang rerumput dan daun
di atas kepala selalu menghijaukan syukur tak terukur
Di tangannya hijau tembakau, dan sulur ubi jalar menyisir rambutnya yang ikal. Bening sumur matanya tak pernah kering mengurung angin dan gelombang miring
Terbitlah bunga di musim ketiga
Di cecabang pohon srikaya. Perempuan-perempuan tak lelah menuruni bukit
sebagai menuruni tangga bahagia dengan keranjang syukur di kepala. Mendatangi kota
Di sepanjang trotoar hotel wijaya atau di sisi gedung Bank Negara. Mereka berhitung laba, meski tak seberapa. Namun mereka tetap berbunga berbagi bahagia
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar