Perempuan itu masih menyelesaikan cucian terakhir, membilasnya dengan
keringat yang mengucur sejak subuh. Kau masih menyeruput secangkir teh hangat
di teras rumah selesaikan bacaan terakhir tentang perempuan yang meninggalkan
lelakinya di kota jauh.
Kota yang dihuni kaum luth yang ingkar dengan aneka iklan bergelantung di
sepanjang malam. Bintang-bintang bergelayut di tiang kota, menyapu malam, membilas menara murung di utara kantor
pemerintah, melenguh langit riuh. Kau melintas di antara trotoar dan gedung
hitam. Melirik gedung kuning yang anggun memancarkan sunyi silam diantara
kegaduhan yang meledak-ledak di pasar minggu.
Matamu, getar lengkung lampu-lampu di atas kubah
senandungkan magrib dan resah. Aku ingat kisah kekasihmu saat bunga-bunga
menguncupkan janji di antara duri petang. Harum asoka dan kayu putih memenuhi
latar.
2 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar