Bintang itu pecah menuju dua sudut berlawanan
Membentang serabut gelap di
antara dua kutub
Siapa berjalan di antara
kubangan bulan
detaknya gemuruh sampai
subuh
Bintang-bintang sunyi
mengedipkan mata
Di antara balutan dingin yang beruntuhan
Menuju kelok jalan
memasuki ruang dada
bergetar dan merontokkan
usia.
Yang jatuh adalah biji matahari
Di atas bongkahan tembikar
musim kemarau
hujan menaklukkan rindu
yang mengeras
sepanjang nafas.
Kau merambat
meyusuri tebing waktu dan dini
yang beku
Dengkur batu-batu memecah
sunyi
Kembang-kembang cahaya
bergelantungan
Di anting –anting dini yang
merah
Tenggelam dalam matamu
Mengalirkan anak-anak
sungai
ke sepanjang drainase
mengitari pembuluh subuh
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar