Pencontek itu ditangkap polisi, aku gembira seperti mendapatkan kembang gula keadilan yang selama ini tak pernah aku rasakan. Aku bersorak dan mengajak anak-anakku melihat pencontek yang wajahnya pucat di meja interogasi aparat polisi.
Aku ceritakan kepada anak-anakku; “lihatlah pecundang itu tak perlu kau kasihani”. Dua gelar tersemat di dadanya, tetapi tempurung kepalanya kosong berisi buaian , buih, dan bualan; bisa sukses dengan cara yang tak beres. Ia telah bertahun-tahun membohongi gurunya berbuat tidak jujur membuat catatan tersembunyi saat ikut ujian di sekolahnya. Sayang memang, ketika sial menimpanya saat masa depan dipertaruhkan untuk memperbaiki nasibnya.
:”Ia hanya korban”, sela anakku yang duduk di belakang.
:Bukan anakku. Ia bukan korban, tetapi sebuah akibat.Jadikan cerminan buat kamu berkaca. Semaikan jujur dalam hatimu karena, kelak ketika tumbuh rindang akan menganginkan kesejukan, menaungi setiap kelelahan. Dan dari akar-akar pohon hidupnya, air akan menyumber menyirami lahan-lahan tandus menjadi sumur-sumur lepaskan dahaga di sekelilingmu
Selasa, Desember 23, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar