Anak-anak itu berhambur mencari tempat sembunyi, seseorang di antaranya, jadi pencari. Mereka sembunyi di rimbun kembang di halaman, sebagian lagi ngumpet di balik pagar. Ada pula yang sembunyi dibawah kolong.
Persembunyian yang tak sempurna, karena malam gelap sekali pun memantulkan cahayanya. Persembunyian yang terus bergerak ke dalam hidup yang penuh teka-teki. Sembunyinya perasaan dari dusta, kerap kali mengajak diri untuk mengingkari layak orang suci. Usia terus merambat dari pembuluh waktu yang berliku, rerambut putih kemudian dicat hitam.
Di kamar tidur desah nafas memenuhi dinding dengan aneka warna yang terus menua. Merekam langkah-langkah yang pernah berbuat salah. Dari persembunyian itu, aku terus mengembara ke tempat-tempat yang tak mungkin kau tahu. Tetapi seperti anak-anak itu akhirnya juga bertemu, sebab tak ada yang bisa sembunyi. Juga diri kita sendiri yang selalu dikejar dan dibayangi tubuh yang sembunyi dalam diri.
2008
Rabu, Januari 14, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar