Sambil tiduran azmil belajar menghafal sajak yang ditemukannya dalam buku, besok akan dinilai bu guru. Sajak keindahan alam yang hanya ditemukan dalam kotak televisi. Ia menghafal sekuat tenaga seperti roda masuk gigi tiga, pagi, siang dan malam sehabis isya.
Katakan pada bu guru sajak semakin susah dibaca, karena orang-orang lebih suka belanja daripada meresapi mana sajak kita. Orang-orang lebih suka mendengar janji-janji daripada memaknai hidup yang kian ngeri.
Buku bahasa Indonesia terbakar dalam ruangan 15 watt hemat energi. Huruf-hurufnya berlepasan membangun alfabet yang pernah lamaditinggalkan. Gerakan sadar membaca hanya ada dalam rumah tangga yang bershabat dengan masa depan anak-anak yang berselancar dalam dunia maya; virtual reality.
Bu Guru, Aku tak ingin membaca sajak, bahasaku telah tenggelam dalam kolam yang selalu kau buang airnya. Aku akan menggambar huruf A yang kakinya dua atau z yang zigzag sebagai liku siku hidupku. Aku akan membangun sungai di antara mata memandang dengan sampan-sampan yang akan menyeberangkan aku ke negeri beribu. Aku bawa kail untuk memancing nasib baik dan melemparkan nasib buruk.
Aku akan gambar kapal-perahu Nuh yang menyelamatkan kaum yang taat. Tapi juga aku akan membawa bu guru melihat dunia lain yang terus berdatangan sepanjang waktu dalam ruang belajar. Google yang gesit mencari informasi akan aku kenalkan pada bu guru. Yahoo yang genit juga selalu memajang gadis-gadis cantik berjemur di pantai di antara derai pohon kelapa yang membelai langit hijau.
Sepanjang pasir – pantai, huruf-huruf berjemur mematangkan warna, dan di antara gerutu bakau yang kian kacau ikan-ikan dan kepiting berselingkuh melahirkan blasteran bahasa yang kian gaduh di rumah-rumah penginapan dan peristirahatan di ujung jalan
2008
Katakan pada bu guru sajak semakin susah dibaca, karena orang-orang lebih suka belanja daripada meresapi mana sajak kita. Orang-orang lebih suka mendengar janji-janji daripada memaknai hidup yang kian ngeri.
Buku bahasa Indonesia terbakar dalam ruangan 15 watt hemat energi. Huruf-hurufnya berlepasan membangun alfabet yang pernah lamaditinggalkan. Gerakan sadar membaca hanya ada dalam rumah tangga yang bershabat dengan masa depan anak-anak yang berselancar dalam dunia maya; virtual reality.
Bu Guru, Aku tak ingin membaca sajak, bahasaku telah tenggelam dalam kolam yang selalu kau buang airnya. Aku akan menggambar huruf A yang kakinya dua atau z yang zigzag sebagai liku siku hidupku. Aku akan membangun sungai di antara mata memandang dengan sampan-sampan yang akan menyeberangkan aku ke negeri beribu. Aku bawa kail untuk memancing nasib baik dan melemparkan nasib buruk.
Aku akan gambar kapal-perahu Nuh yang menyelamatkan kaum yang taat. Tapi juga aku akan membawa bu guru melihat dunia lain yang terus berdatangan sepanjang waktu dalam ruang belajar. Google yang gesit mencari informasi akan aku kenalkan pada bu guru. Yahoo yang genit juga selalu memajang gadis-gadis cantik berjemur di pantai di antara derai pohon kelapa yang membelai langit hijau.
Sepanjang pasir – pantai, huruf-huruf berjemur mematangkan warna, dan di antara gerutu bakau yang kian kacau ikan-ikan dan kepiting berselingkuh melahirkan blasteran bahasa yang kian gaduh di rumah-rumah penginapan dan peristirahatan di ujung jalan
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar