: kiki sulistyo
(1)
Musim
panen kelima, ladang dan hama. Palawija dan pohon palma
bertahan di antara retakan tanah kampung dan perasaan mengaliri
sungai miring.
(2)
Tak
ada bebuah,butiran keringat menguning menumbuhkan biji syukur berkecambah di
dada tegal yang resah. Air mata, bukan tangisan, Ki. Tetapi gilian doa yang
selalu tumbuh dari kedalaman hati leluhurku
di antara
sedih dan terimakasih.
(3)
Kering
rerumputan, merebahkan segala nasib ke akar
sabar memecahi batu-batu kelam yang berdebar. Langkahmu berderap membawa hujan
kata-kata berjatuhan dari langit sana Langit yang sama dengan kampung halamanku
juga.
(4)
Garis-garis
tubuhnya mencair membasahi kering tanah dalam diri, lalu bertumbuhlah bebetang
puisi menyusul biru hati dan tunggang akarnya mencengkeram ke dalam getar dan
hidup yang berkobar.
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar