Translate

Minggu, April 10, 2011

MOLLUSCA

(1)

Siput yang perut berkaki perlahan melewati jalanjalan tajam dan nyeri. Tubuh yang berlendir melumuri takdir. Takdir baik dan takdir buruk. Dalam cangkang menungging langit.gelap dan terang . sepasang mata tak terduga, membaca bumi dan langit dalam redup cahaya tak pernah padam, selain kematian.

(2)

Ahai si cumicumi yang kepala berkaki dengan sepuluh tangan berakar menarik lautan. Menarik kapal-kapal nelayan dan jaring-jaring lautan. Semprotan darah yang hitam, darah yang menyemburkan malam menyesatkan hiu dan pari. Jalan ke belakang, jalan ke rumah karang yang berpintu di depan. Jaket merah. Jaket yang menarik kapal selam mengarungi biru rumpun karang dan terumbu. Kapal yang membawa kabar, mengusung bulan dan matahari di atas sampan. Kabar kedatangan dan kepulangan, kabar yang membawa berkeranjang matahari dan berpikul bulan dalam pangkuan.

(3)

Selamat datang di kerang dua pintu, terkatup jadi satu.menghitung kedalaman dan hempasan di atas gelung karang. Hutan-hutan terjal tempat mengeram dan membiakkan keturunan. Di bawah sinar bulan saling berpagut, membuka pintu dan lendir pun berlekatan. Mengukuhkan getaran-getaran yang berpusaran di rahang laut yang tak pernah surut. Sepasang kelamin mengintai di bakau pantai tempat matahari bertumbuhan dan masa depan berurai.

(4)

Selamat menuai bahagia, Gurita. Onggokan derita dengan sepuluh lengan-liar membelit dan menggulung ikan-ikan kecil dan dekil. Lengan yang lekat dan liat licik menggeliat. Di atas batu-batu petang dan hamparan buraian usus matahari di atas perairan kelabu. Kau telan. Tentakel-tentakel memanjang menekuk buntalan-buntalan daging nasib. Gumpalan yang bertenun cacing, berserat malang kawat- karat. Kawat-kawat yang membentang di atas perairan. Di atas pulau dan diatas pukau. Negeri para peri yang menyulap batu-batu jadi air. Hutan-hutan jadi kubangan lumpur, dan perkampungan jadi kubangan kerbau. Kerbau kuning dan kerbau biru yang bersepatu melintasi tanggul di sepanjang kolam panas. Kolam buas. Selamat menuai bahagia. Bahagia,

2011

Tidak ada komentar: