Translate

Jumat, April 01, 2011

KERBAU BIRU

Kerbau itu datang lagi memasuki jalan di depan rumahku. Kulitnya biru dengan bedakan lumpur di sekujur punggungnya. Bibirnya merah mengendus setiap batang bebunga yang tumbuh di depan pagar. Ia menciumi baju istriku yang baru dibeli dipasar anoom. Tidak mahal, namun pantas dikenakan dengan mikup tipis yang disapukan di sore itu. Kerbau itu mengenduskan congornya pada undakan lantai dan ke ruang tamu. Orang-orang datang bergerombol di depan pintu. Kerbau itu bercermin mencocok-cocokkan wajahnya dengan orang-orang yang ada di depan cermin. Gincunya merah dan dari matanya yang bulat dengan lentik bulu menekuk ombak sungai memasuki kamar tidurku, dan mencari-cari celana dan baju yang kupakai. Celana yang aku jemur di sisi samping rumah. Kerbau itu masuk ke dapur mencicipi masakan istriku yang pada hari itu menyembelih kakap merah yang dipamnggang di atas kompor yang panas. Kakap yang mengingatkan pada para pencuri berdasi necis yang bermanis-manis di layar televisi. Kakap yang berminyak kekuningan dan aroma yang mebangkitkan gairahku untuk menyantapnya, daging yang berasap.Kerbau itu mendengkur, tersenyum dan kemudian menangis sesenggukan. Tangis yang mengingatkan para istri wanita-wanita yang ekhilangan kekasih yang dicinta dan diselingkuhinya, yang kehilangan kemaluannya dan bersolek di depan layar, menjadi bintang baru yang selalu berganti baju saat dikejar para pemburu. Malam itu, kerbau itu memasuki tidurku, membentangkan dadanya yang penuh duri dan ari-ari.
2011

Tidak ada komentar: