:saat bendera dikibar setengah tiang
(1)
2 ton melati ditabur di langit mekarkan mendung dengan tajuk ungu
Tahlil dan tahmit serangga menggigiti sisa daunan di tepian matamu
Tubuh berlemak beku, senyum dingin di langit pilu
Semua akan kembali sepertimu.
Asal muasal dari segala asal
Adalah datang dan kembali kepada tiada
Langit yang sama
Laut yang sama
Tanah yang sama
Kotak-kaca bergilap memantulwajahmu yang beku
Perjalanan dari tanah-pertanian, ladang pertikaian, menuju istana sangar
di antara pagar senapang dan letupan
Sungai-sungai perlahan berbisik meniti kenangan dan kelam
Sawah-sawah menuai biji-biji pedih dan hujan semalaman
Biji-biji airmata tersemai di bukit-bukit menikam langit
Dan beratus burung tumbuh dari kegelapan
Bersayap belati dan cakar dipenuhi petir dan paku
Melintasi kubur langit senja
Menggali lubang laut bertuba
Paus berlemak,
Terbang diringi panji-panji dan lencana
Menyisakan kegaduhan dan bencana
Kota-kota ngibarkan sungai dan laut
Pohon-pohon memutikkan tangis dan darah
Penerbangan paling lamban paling bahaya menutup semua bandara
Seratus kompi serangga bersengat berputar-putar di antara langit dan tanah
Di antara rasa cinta dan terpaksa antara rasa bangga dan durhaka
Mengawini seratus lembah mebuntingi seribu bukit
Dengan disaksikan tanah-tanah tak bertanda rumah-rumah tanpa jendela
Jalanan macet, armata membasahi aspalan tempat kau dan aku menjejak kasar nafasmu
Kuku yang mengelupasi ayat-ayat tanah dan tahiyat tembakau
Bersama-sama perempuan kembali menggali alamat dan nama-nama di antara lipatan kuitnya
Seratusan doa dari masjid-masjid terus bergema membangun konfigurasi di angkasa malam
Kelebatnya menyapu bintang-bintang menyusu bulan legam
Percik cahaya tak henti meletupkan meteor di antara rasa iba dan kecewa
Meluncur dari planet kelam ke mata petang berkunang-kunang
(2)
Di atas bukit menjunjung langit
Di antara rerimbun semak terasa sengit
Di antara langit menunduk dan tanah menengadah
Tubuh beku itu ditanam ke kiblat menghadap
Pulang dewa ratusan sesaji
:Tanker,
polisi,
tentara,
tanah pertanian,
tapos,
kilang minyak,
batu bara,
hutan,
bendungan,
aceh,
nipah,
pringkuning,
priok,
taman mini,
beringin,
otb.
Patok-patok yang terus bertengger di kepala tanah
jadi mahkota
jadi singgasana
Dalam tanahmu yang dalam
Dalam tubuhmu yang dalam
Dalam namamu yang dalam
Dalam tobatmu yang dalam
Dalam dalammu yang kelam
Laut kian meluas dalam dada
Tanah kian meluas dalam mata
Jalanan kian panjang ke atas tower-tower
Menyeberangi waktu di antara punggung dan perutmu
(3)
Hallo apa kabar?
3 menit lagi aku kembali dalam freetalk sehingga kita tak tergesa
Aku menembus langit bersayap
bintang-bintang beredar dalam pikiranku
Tubuhmu melayang di atas ketinggian impian dan bersalaman
serangga mengerubungimu
Tangis atau kutukan tak jelas terdengar berseliweran dalam frekuensi duka
di antara tiang bendera kehilangan warna.
Dua bandara saling bercengkerama menanti detik-detik pemberangkatan dan penurunan sepanjang jalanan tangan-tangan melambai langit dan barisan awan lambat berjalan menundukkan wajah dan menitikkan airmata
Sebuah kerinduan, tak terlalu penting memang
Namun kenangan takkan terlupakan mengukir bukit dan langit
Di tato tubuhmu kota ini lama tertidur
dengan hutan-hutan gelap
singa-singa lahap
Ini bukan mimpi, burung-burung telah hilang dari ingatan dan kisah-kisahmu terekam di dinding-dinding batu dan tanah
Menyimpan riwayat 32 tahun
Dan tak lagi muda
Lemak bergelambir dan tubuh kian krut dalam lipatan waktu
Ke lipatan tubuhmu
Sendiri
2007
Selasa, Juni 03, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar