Sungai itu menjadi ular, terbang
ke bukit babaran.menguburkan kisah para dewa dan tentara yang usai melakukan
pembunuhan massal di punggung kota. Semboyan 35, aku dengar peluit kata yang
telah lama mati mengusung tumpukan gerabah kenangan di stasiun kotamu. Sebuah
langgar tua tergolek dalam televisi memperdengarkan lagu kasidahan mengurai
cinta murahan.
Kota itu bangkit menjadi
seekor sapi hitam berlari sepanjang jalan sunyi, membajaki jalan raya dan
tanah-tanah kosong dalam hatimu. Luka-luka di pantat membentuk sebuah pulau
yang cukup aku kenal, tanah kelahiran.Tanah yang sama.
Aku kembali bertani
menggali batu jadi berkah, menjadi pedagang, tawar-menawar, mematok harga diri. Lalu,
menanam benih kata-kata di gembur kepala, tumbuh uban merah dan bunga tembelek
di tepian jurang. Lubang yang menganga di dada malam.
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar