Kau menumbuhkan langit diatas
taman yang tak terawat. Jemari tanganmu melambaikan matahari di antara
lalulalang dan ruang kelas yang tengah diskusi. Tak ada segelas kopi. Keringat
terus berjatuhan dari dahi pintu. Tanah masih basah sehabis hujan resah memandikan
malam hitam. Mematangkan tunas yang
sembunyi di ketiak waktu. Kau masih ingat dua burung kecil tengah merajut
rerumput di tudung pelepah. Rajut rumah di antara susah cuaca. Tandan bungamu
bergelantung bagai lonceng waktu yang siap mengembang memanggil para
pengembara.
Serabut yang menyuburkan
tanahmu. Tanah pujaan tempat segala rebah dan berbuah. Bunga melati yang mungil
di antara kembang sepatu menjulurkan belalai
menyburkan siang hari. Pada tubuhmu lumut dan ganggang harapa terus bertumbuh
di bawah siraman 5 matahari yang tumbuh dari lubang kepalamu.
Malai berjatuhan mengingatkan
janji yang tunai. Bagaimana aku ucapkan terimakasih. Jemari tanganmu benarikan
matahari dan aku jadi bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar