Translate

Selasa, Desember 18, 2012

SEPATU MERAH




Siapa lagi yang datang, ibu. Serdadu atau para pegawai pemerintahan yang akan melakukan penggusuran. Musim sudah berganti, namun nasib kita masih tetap batu.Lumut kecewa yang hijau bertumbuhan menghancurkan bebatu asa yang pernah ditumbuhkan di halaman depan.
 

Jejak itu masih lekat di telingaku suara perempuan dan anak-anak yang kehilangan. Suara celurit menyobek malam dan teriakan menghujat dan melaknat. Di pematang barisan perempuan dan anak-anak bersama para petugas berpakaian seragamdengan senapang di tangan. Lakilaki sembunyi di kebun belakang dan menyebrang sungai untuk  menyirami dendam.dan kelak akan kembali dituai mengembalikan nyawa yang telah melayang

Di sepatu yang tertinggal di belakang rumah, aku tahu ibu bahwa ayah tak salah. Ayah hanya berbeda isi kepala dengannya. Sementara ibu, perempuan setia yang siap menyimpan segala rahasia. Seluas gunung yang menyimpan belantara dengan sungai-sungai bercabang membelah bebukitan dan menyusuri ngarai. Ada namamu disitu, nama yang ditulis dengan tinta merah dan tanda silang. Di telapaknya yang kenyal tersimpan sederet kenangan yang tergores di sepanjang jalan hidup yang lapang.

Tidak ada komentar: