Siapa lagi yang datang, ibu. Serdadu
atau para pegawai pemerintahan yang akan melakukan penggusuran. Musim sudah
berganti, namun nasib kita masih tetap batu.Lumut kecewa yang hijau bertumbuhan
menghancurkan bebatu asa yang pernah ditumbuhkan di halaman depan.
Jejak itu masih lekat di telingaku suara
perempuan dan anak-anak yang kehilangan. Suara celurit menyobek malam dan
teriakan menghujat dan melaknat. Di pematang barisan perempuan dan anak-anak
bersama para petugas berpakaian seragamdengan senapang di tangan. Lakilaki sembunyi
di kebun belakang dan menyebrang sungai untuk
menyirami dendam.dan kelak akan kembali dituai mengembalikan nyawa yang
telah melayang
Di sepatu yang tertinggal di belakang
rumah, aku tahu ibu bahwa ayah tak salah. Ayah hanya berbeda isi kepala dengannya.
Sementara ibu, perempuan setia yang siap menyimpan segala rahasia. Seluas
gunung yang menyimpan belantara dengan sungai-sungai bercabang membelah
bebukitan dan menyusuri ngarai. Ada namamu disitu, nama yang ditulis dengan
tinta merah dan tanda silang. Di telapaknya yang kenyal tersimpan sederet
kenangan yang tergores di sepanjang jalan hidup yang lapang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar