Kau
janji bertemu disebuah kafe tepian kota yang menghadap senja. Kau berbagi kelakar di antara camilan dan daftar menu yang
tergeletak menatapmu.
Kopi
panas, telah tersedia di cangkir bergambar bunga hitam.maawar yang terbakar di
atas api percintaan yang berkobar. Didih kopi menguap menjemput masa silamyang
tenggelamdi balikpekat kenangan.
Membangkitkan
masa kanak yang sembunyi di balik belukar,bermain perang-perangan.kau jadi
pahlawan dan aku jadi buruan. Aku harus kalah,
pintamu. Aku mengiyakan. Penat berkejaran kau mengajak berhujan-hujan di tepian
pematang hingga kuyub seluruh kenangan
Pada
teguk pertama, matamu menoleh ke kanan pada sepasang remaja yang tengah duduk
bercengekrama menunggu pesanan tiba. Bibirmu tersenyum membuka masa lalu,ketika
usia tumbuh dan cinta hijau di antara tatapan.
Manis
tersesap di antara kenangan hangat dan persitiwa yang bertumpuk dalamampas
usia.Pada butir kasar serbuk kopi yang kau teguk kau temukan pasir hidup yang
sepat melekat disela gigi waktu yang menguning.
Pada
teguk kedua, matamu jatuh di mataku aku menunduk pada isi cangkir yang tingal
setengah. Separuh jiwa yang tertaruh di lipatan usia yang menyelimuti anak-anak
yang beranjak remaja.lipatan-lipatan peristiwa yang kembali terbuka lewat
kitab-kitab lama yang mengajarkan tatakrama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar